preloader

Kisah Kejujuran Ka’ab bin Malik

Ka’ab bin Malik adalah salah satu sahabat Nabi yang terkenal akan kejujurannya. Bahkan dalam situasi yang sulit Ka’ab selalu berkata jujur. Suatu saat Rasulullah dan para sahabat lainnya dari kota Madinah hendak berangkat menuju Perang Tabuk. Saat itu Rasulullah dan para sahabat berangkat pada hari kamis. Pada saat itu Ka’ab memilih menunda keberngkatannya, padahal Ka’ab tidak memiliki udzur saat itu. Usianya belumlah tua dan beliau pun tidak dalam keadaan sakit. Beliau juga bukan golongan orang-orang munafik di Kota Madinah. Ka’ab bin Malik tidak turut serta dalam perang karena beliau belum memiliki peralatan perang sehingga ia menunda keberangkatannya, ia ingin membeli baju serta pedang terlebih dahulu.

Keesokan paginya, ketika Ka’ab pergi kepasar ia tidak menemukan barang yang ia cari hingga membuat Ka’ab menunda keberangkatannya lagi. Hal tersebut terjadi sampai empat kali hingga Ka’ab tertinggal jauh dari rombongan Rasulullah dan tidak bisa lagi menyusulnya. Hati Ka’ab pun mulai resah ia sungguh menyesali perbuatannya, hanya karena dua barang sampai ia lalai akan tugas yang diberikan oleh Rasulullah.

Sepulangnya Rasulullah bersama pasukan kaum Muslimin ke Kota Madinah, Ka’ab pun menghadap kepada Rasulullah. Sebenarnya kala itu Ka’ab bisa saja menyampaikan alasannya yang dibuat-buat, ia bisa saja mengatakan kedustaan demi menyelamatkan dirinya di hadapan Rasulullah. Akan tetapi, Ka’ab tidak melakukannya. Ia justru menyampaikan apa yagn sebenarnya terjadi, mengpa ia tidak turut serta dalam pasukan kaum muslimin di Perang Tabuk. Ka’ab menyampaikan apa adanya secara jujur di hadapan Rasulullah, karena ia tahu sesungguhnya Allah Maha Tahu dan ia mengharapkan ampunan-Nya.

Kemudian Rasulullah memerintahkan Ka’ab untuk menunggu kabar berita yang akan datang berdasarkan wahyu Allah. Tidak hnya itu, Rasulullah pun melarang para sahabat yang lain untuk berbicara dengan Ka’ab.

Setelah itu Ka’ab pualng kerumah dalam keadaan sedih. Selama lebih dari 40 hari Ka’ab menyendiri didekat Ka’bah. Disana tidak henti-hentinya Ka’ab memohon ampunan kepada Allah. Tepat pada hari ke 50 ketika Ka’ab selesai melaksanakan shalat subuh, Rasulullah menyempaikan sebuah berita gembira bahwasannya Allah menerima taubat Ka’ab. Rasa lega langsung menyeruak dihati Ka’ab. Tidak henti-hentinya Ka’ab mengucapkan terimakasih kepada Allah yang telah memaafkan dirinya. Pada saat itu Ka’ab berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak lalai pada perintah Allah dan Rasul-Nya.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *