preloader

Kisah Teladan: Maaf Tak Terduga

Belajar memaafkan sekaligus belajar untuk tidak main hakim sendiri adalah hal yang perlu kita lakukan di dunia ini. Berikut ini terdapat kisah Abu Musa yang bisa kita simak dan ambil pelajarannya bersama mengenai maaf dan memaafkan.

Sudah menjadi kebiasaan kaum Muslim jika mendapatkan harta ghanimah (rampasan perang) selalu dibagikan secara merata. Suatu hari sepulang dari peperangan, Abu Musa Al Asy’ari, yang saat itu menjabat sebagai gubernur, memanggil orang-orang untuk membagikan harta rampasan. Di antara orang-orang yang dipanggil itu ada seorang laki-laki yang menolak pemberian Abu Musa. Abu Musa pun marah. Beliau lalu mencambuk laki-laki itu sebanyak 20 kali dan mencukur rambutnya sampai habis.

Rupanya, laki-laki itu tak terima dengan perlakuan Abu Musa. Ia segera mengumpulkan seluruh rambutnya dan membawanya kepada Khalifah Umar bin Khattab sebagai bukti. Sesampainya di tempat Khalifah Umar, laki-laki itu mengadukan perlakuan Abu Musa Al Asy’ari. Umar lalu menulis sebuah surat dan menyuruh laki-laki itu menyampaikannya pada Abu Musa.

Setibanya di tempat abu Musa, laki-laki itu segera menyampaikan surat itu. Surat itu berisi bahwa Abu Musa harus menjalani hukum Qishas (hukuman yang sama dengan apa yang telah dilakukan) di hadapan orang banyak. Abu Musa pun bersiap menjalankan perintah sang Khalifah.

Pada hari yang telah ditentukan, rakyat berkumpul untuk melihat pelaksanaan hukum qishas gubernur mereka. Abu Musa lalu duduk di kursi qishas. Hukum Qishas pun siap dilakukan. Tapi, tiba-tiba laki-laki yang bermaksud melaksanakan hukum qishas itu menegadahkan tangannya ke langit seraya berkata, “Ya Allah, aku telah memaafkan Abu Musa.”

Sikap tanggung jawab Abu Musa Al Asy’ari sebagai seorang pemimpin telah menyebabkan salah satu rakyatnya mampu bersikap memaafkan.

Sumber Cerita: pustaka-indo

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *