preloader

Perspektif

Dunia dikelilingi oleh hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, maka dari itu manusia dengan segala kesempurnaan yang telah diberikan Tuhan dapat memilih sendiri cara pandangnya untuk melihat dunia.

Setiap harinya, otak manusia secara alamiah akan terus berpikir dan tidak berhenti untuk mengambil keputusan. Persepsi atau cara pandang pada sesuatu untuk tiap manusia itu berbeda. Hal itu dipengaruhi oleh pemahaman, pengalaman, suasana hati serta dimensi ruang dan waktu.

Jika manusia biasanya terbiasa melihat kesalahan, baik yang dibuat oleh individu atau kelompok, maka dengan menggunakan pola pikir ini diajak untuk melihat sisi keindahan dan potensi dari dunia. Ibaratnya memandang dunia dengan kacamata baru. Namun, karena terlalu banyak membahas masalah, jadi sering lupa bahwa banyak potensi dan karunia yang kita tidak pedulikan.

Terdapat empat unsur berpikir apresiatif yang dapat memfokuskan diri pada usaha, menghargai capaian, prestasi, dan kekuatan yang ada juga belajar dari pengalaman terbaik yang terbukti pernah menghasilkan keberhasilan. Yang pertama yaitu mengubah cara pandang. Lalu yang kedua, mengapresiasi sisi hal positif dari orang, produk ataupun situasi. Yang ketiga, dapat melihat masa depan pada kondisi saat ini dan yang keempat adalah nilai manfaat bagi diri dan orang lain. Memodifikasi pola pikir ini berarti fokus pada apa yang telah diraih dan dimiliki di tangan sendiri, bukan berbasis pada persoalan, tetapi pada potensi yang dapat dilakukan dan juga berdasarkan pengalaman yang pernah didapatkan.

Sebagai contoh orang buta yang meraba gajah tepat pada belalainya sehingga menyimpulkan bahwa gajah adalah binatang kecil dan panjang. Orang buta lain memegang gajah tepat pada perutnya. Akhirnya menyimpulkan bahwa gajah binatang yang lebar. Kesimpulan oleh keduanya tidak tepat karena keterbatasannya. Pengetahuan manusia pada orang lain atau benda lain sangatlah terbatas, maka berpandangan positif pada orang lain harus diupayakan dan ketika mengambil kesimpulan tentang orang lain atau benda lain, hendaklah dilihat dari berbagai sudut pandang agar tidak terjadi kekeliruan ya sobat cerdas.

Sesungguhnya yang tahu persis tentang orang lain adalah orang itu sendiri. Kita hanya tahu dari luarnya dengan keterbatasan cara pandang kita. Kurang tepat bila kita merasa paling tahu, paling bisa, paling pintar, paling baik. Itu semua merupakan penyakit yang kadang tidak disadari. Menyadari dan memahami diri akan kekurangannya serta berusaha memperbaiki merupakan kewajiban kita sebagai makhluk sosial.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *