preloader

Kisah Abu Dujanah dan Pohon Kurma

Abu Dujanah adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW dan Kabilah Khazraj. Ia terkenal dengan sosok pemberani di medan perang juga sangat menjaga keluarganya dari perkara yang haram. Kisah ini bahkan membuat Rasulullah SAW menangis.

Abu Dujanah adalah orang yang sangat taat kepada agama dan Nabinya Muhammad SAW. Dia selalu menjalankan ibadah yang anjurkan oleh agamanya yaitu Islam. Suatu ketika, usai sholat subuh berjamaah bersama Rasulullah, Abu Dujanah selalu terburu – buru pulang tanpa mengkuti doa ba’ad sholat yang dipanjatkan Rasulullah.

Rasulullah SAW pun bertanya kepada Abu Dujanah,

“Wahai Abu Dujanah, apakah engkau tidak memiliki permintaan yang perlu engkau panjatkan ke hadirat Allah sehingga engkau sering meninggalkan masjid sebelum aku selesai berdia?”

Abu Dujanah pun menjawab, “ Begini Rasulullah, saya punya satu alasan.”

“Apa alasanmu? Coba katakan!” lanjut Nabi Muhammad SAW.

Abu Dujanah pun bercerita,

“Rumah kami berdampingan persis dengan rumah seorang laki – laki. Di atas perkarangan rumah milik tetangga kami ini terdapat satu pohon kurma menjulang, dahannya menjuntai kerumah kami. Setiap kali ada angin beritup dimalam hari, kurma – kurma tetangga ku tersebut saling berjatuhan mendarat dirumah kami,”

“Ya Rasul, kami keluarga orang yang tak berpunya, anakku sering kelaparan. Saat anak – anak kami bangun, apapun yang didapat mereka makan. Ole akrena itu, setelah seelsai sholat kami bergegas segera pulang sebelum anak – anak kami terbangun dari tidurnya. Kami kumpulkan kurma-kurma milik tetangga kami yang berceceran dirumah, lalu kami kembalikan kepada pemiliknya.”

“Suatu ketika, kami pernah agak terlambat pulang dan menemukan anakku yang sudah terlanjur memakan kurma hasil temuannya. Mata kepala saya sendiri menyaksikan, tampak ia sedang mengunyah kurma basah didalam mulutnya yang ia pungut di bawah tanah tepat dirumah kami,”

Mengetahui itu, Abu Dujanah pun berupaya sekuat tenaga untuk mengeluarkan kurma yang terlanjur dimakan tadi dari mulut anaknya.

“ Nak janganlah kau permaluka ayahmu ini di akhirat kelak,” Anakku menangis, kedua pasang kelopak matanya mengeluarkan air karena sangat kelaparan. Wahai Rasulullah, kami katakan kembali kepada anakku itu, “ Hingga nyawamu lepas pun, aku tidak akan rela meninggalkan harta haram dalam perutmu. Seluruh isi oerut yang haram itu, akan aku keluarkan dan akan aku kembalikan bersama kurma – kurma yang lain kepada pemiliknya yang berhak.”

Mendengar cerita itu, pandangan mata Nabi Muhammad pun sontak berkaca – kaca, butiran air mata mulianya berderai begitu deras. Kemudian Rasulullah SAW mencari tahu siapa pemilik pohon kurma yang dekat rumah Abu Dujanah itu. Abu Dujanah mengatakan bahwa pemilik pohon kurma itu adalah seorang laki – laki munafik.

Rasulullah pun langsung mendatangi pemilik pohon kurma yang diceritakan oleh Abu Dujanah. Rasulullah lalu mengatakan, “ Apa bisa engkau menjual pohon kurma itu? Aku akan membelinya dengan pohon senilai 10 kali lipat. Pohon itu terbuat dari batu zambrud berwarna biru, disirami emas merah, tangkainya dari mutiara putih. Di situ tersedia bidadari ayng cantik jelita sesuai dengan hitungan buah yang ada.” Kata Rasulullah menawarkan.

Pria yang dikenal sebagai orang munafik ini lantas menjawab dengan tegas. “ Saya tak pernah mau menjual apa pun kecuali dengan uang kontan dan ingin dibayar saat ini juga.”

Tiba – tiba Abu Bakar as-Shiddiq datang. Lantas berkata, “ Ya sudah, aku beli dengan 10 kali lipat dari tumbuhan kurma milikmu yang jenisnya tidak ada dikota ini (lebih bagus jenisnya).”

Mendengar itu laki – laki munafik itu kegirangan sembari berujar, “ Ya sudah aku jual.”

Abu bakar menyahut, “ Bagus, aku beli.”

Setelah sepakat, Abu Bakar langsung menyerahkan pohon kurma itu kepada Abu Dujanah.

Nabi Muhammad kemudian bersabda , “ Hai Abu Bakar, aku yang menanggung gantinya untukmu.”

Mendengar sabda Nabi ini, Abu Bakar bergembira bukan main. Begitu pula Abu Dujanah.

Setelah pohon kurmanya dibeli oleh Abu Bakar, si laki – laki munafik ini pun pulang dan berjalan mendatangi istrinya. Lalu menceritakan yang baru saja terjadi.

“Aku telah mendapatkan untung banyak hari ini. Aku dapat sepuluh pohon kurma yang lebih bagus. Padahal kurma yang aku jua itu masih tetap berada dipekarangan rumahku. Aku tetap yang akan memakannya lebih dahulu dan buah – buahnya pun tidak akan pernah aku berikan kepada tetnagga kita itu sedikit pun.”

Malamnya saat si munafik tidur dan terbangun di pagi harinya, tiba- tiba pohon kurma yang ia miliki berpindah posisi, menjadi berdiri di atas tanah milik Abu Dujanah. Dan seolah – oleh tak pernah tumbuh diatas tanah si munafik. Tempat asal pohon itu tumbuh, rata dengan tanah.

Demikian teman – teman kisah dari Abu Dujanah dan pohon kurma. Semoga kisah dapat menginspirasi kita semua.

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *