preloader

Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan maritim dengan corak Budha yang sangat besar pada masanya. Kerajaan Sriwijaya tumbuh di tengah ramainya jalur perdagangan melintasi Selat Malaka dengan banyaknya pedagang yang singgah di kota-kota pelabuhan untuk membeli  rempah-rempah.

Tidak hanya barang, pada masa berdirinya Kerajaan Sriwijaya terjadi pula pertukaran kebudayaan yang dibawa oleh para pedagang dari China, India, dan Arab yang memengaruhi budaya di Pulau Sumatera hingga saat ini. Berdirinya kerajaan Sriwijaya dalam booklet Sriwijaya, sebuah kejayaan masa lalu di Asia Tenggara yang dikeluarkan Kementerian Kebudayaan dan Peristiwa, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala (2011) disebutkan bahwa waktu itu agama Budha masuk ke Nusantara dibawa oleh para pendeta yang ikut dalam kapal dagang sebelum melakukan perjalanan ke India. Sementara, pada abad ke-7 Kerajaan Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa di daerah Palembang, Sumatera Selatan.

Dalam prasasti Kedukan Bukit tercatat bahwa tahun 682 Masehi menjadi tahun dimana kerajaan ini resmi didirikan. Nama Sriwijaya diambil dari bahasa Sansekerta dari kata ‘sri’ yang berarti cahaya dan ‘wijaya’ yang artinya kemenangan. Sebagai negara maritim, berdirinya Kerajaan Sriwijaya kemudian memberikan pengaruh besar di Nusantara. Dua abad setelah didirikan tepatnya pada abad ke-9, di bawah kepemimpinan Raja Balaputardewa (856 M) Kerajaan Sriwijaya mencapai masa keemasan. Balaputradewa merupakan anak dari Samaratungga, Raja Mataram Kuno, yang masih keturunan Dinasti Syailendra. Ayahnya dikenal sebagai pendiri Candi Borobudur, yang kini menjadi Candi Budha terbesar di dunia. Pengaruh Kerajaan Sriwijaya di bawah kepemimpinan Balaputradewa meluas dari menguasai perdagangan di jalur utama Selat Malaka hingga ke Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, dan sebagian Pulau Jawa. Dari segi penyebaran agama, Kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat agama Buddha Mahayana di Asia Tenggara.

Raja – raja yang Pernah Memimpin di Sriwijaya

  • Dapunta Hyang Sri Jayanasa (683 M)
  • Indrawarman (702 M)
  • Rudra Wikrama (728-742 M)
  • Sanggramadhananjaya (775 M)
  • Dharanindra/Rakai Panangkaran (778 M)
  • Samaragrawira/Rakai Warak (782 M)
  • Dharmasetu (790 M)
  • Samaratungga/Rakai Garung (792 M)
  • Balaputradewa (856 M)
  • Sri Udayadityawarman (960 M)
  • Sri Wuja atau Sri Udayaditya (961 M)
  • Hsiae-she (980 M)
  • Sri Cudamani Warmadewa (988 M)
  • Malayagiri/Suwarnadwipa (990 M)
  • Sri Marawijayottunggawarman (1008 M)
  • Sumatrabhumi (1017 M)
  • Sri Sanggrama Wijayatunggawarman (1025 M)
  • Sri Dewa (1028 M)
  • Dharmawira (1064 M) S
  • ri Maharaja (1156 M)
  • Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1178 M)

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

  1. Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti ini ditemukan di tepi sungai Batang, Kedukan Bukit, Palembang dengan angka tahun 683 M dengan huruf Pallawa dan Bahasa Sansekerta. Isinya mengungkapkan mengenai Daputan Hyang yang menaiki perahu ‘mengambil siddhayatra’ dan cerita tentang kemenangan Sriwijaya.

2. Prasasti Kota Kapur

Prasasti ini ditemukan di Pulau Bangka bagian Barat yang berisi tentang kutukan bagi orang yang berani melanggar perintah Raja Sriwijaya.

3. Prasasti Telaga Batu

Prasasti ini ditemukan di kolam Telaga Biru, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang. Isinya berupa kutukan bagi orang-orang jahat di Kerajaan Sriwijaya.

4. Prasasti Karang Berahi

Prasasti ini ditemukan di Desa Kerang Berahi, Merangin, Jambi, yang  berisi kutukan bagi orang-orang jahat dan tidak setia dengan raja Sriwijaya.

5. Prasasti Palas Pasemah

Prasasti ini ditemukan di pinggir rawa Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan dan berhuruf Pallawa dengan Bahasa Melayu Kuno yang berisi kutukan bagi orang-orang yang tidak setia dengan raja Sriwijaya.

6. Prasasti Talang Tuo

Prasasti ini berisi doa Budha Mahayana dan cerita tentang pembangunan taman oleh Sri Jayanasa.

7. Prasasti Hujung Langit

Prasasti ini ditemukan di Desa Haur Kuning, Lampung dan berangka tahun 997 Masehi.

8. Prasasti Ligor

Prasasti ini ditemukan di Thailand bagian Selatan oleh Nakhon Si Thammarat dan berkisah tentang Raja Sriwijaya yang mendirikan Trisamaya Caitya untuk Karaja.’

9. Prasasti Leiden

Prasasti Leiden ini ditulis pada lempengan tembaga dalam Bahasa Sansekerta serta Tamil yang menceritakan hubungan Dinasti Chola dengan Dinasti Syailendra dan Sriwijaya.

10. Candi Muara Takus

Candi yang terletak di Desa Muara Takus, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau ini bercorak Budha yang khas dengan susunan stupa-stupa. Dalam kompleks candi ini juga terdapat Candi Sulung, Candi Bungsu, Stupa Mahligal, dan Palangka.

Sumber : ensiklopedia

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *