preloader

Tahukah Kamu Apa Itu Playing Victim? Yuk Cari Tahu Jawabannya!

Tahukah kamu?!

Pernahkah kamu mendengar kata “playing victim” ?

Playing victim merupakan perilaku seseorang yang menimpakan kesalahan pada pihak lain, padahal bisa jadi masalah tersebut berasal dari orang itu sendiri. Mengutip dari Healthline, orang-orang selalu mengidentifikasi diri sebagai korban memiliki keyakinan bahwa orang lain menyebabkan kesengsaraan yang dia alami dan tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah situasi.

Alasan mengapa seseorang bisa bertindak demikian sangat beragam, antara lain untuk mengontrol atau memengaruhi pikiran, perasaan dan tindakan orang lain; membenarkan tindakan mereka; mencari perhatian; atau sebagai cara untuk mengatasi situasi tertentu. Playing victim merupakan perilaku yang toxic, terutama jika digunakan untuk memanipulasi seseorang. George K.Simon (1996) dalam In Sheep’s Clothing: Understanding and Dealing with Manipulative People menulis bahwa manipulator sering menampilkan diri sebagai korban dari suatu keadaan atau tindakan orang lain. Tujuan dari pelaku playing victim adalah untuk mendapat belas kasihan atau simpati. Terdapat beberapa tanda seseorang yang gemar melakukan playing victim, antara lain:

  1. Mengasihani Diri Sendiri

Seseorang yang memiliki “mentalitas korban” selalu memandang dunia ini kejam dan mereka terlalu lemah untuk dapat mengubah situasinya. Akibatnya, mereka terus-menerus mengasihani diri sendiri dan membuat orang lain iba.

2. Memanipulasi orang lain

Mereka menampilkan diri sebagai orang yang tidak berdaya untuk mendapatkan simpati dan dukungan. Mereka juga bisa membuat orang lain merasa bersalah atas suatu hal yang pernah diperbuat orang tersebut.

3. Menyalahkan apa pun kecuali dirinya sendiri

Orang yang suka playing victim cenderung menyalahkan faktor eksternal atas kondisi mereka yang malang. Padahal mereka masih memiliki kontrol atas diri sendiri. Contohnya seseorang merasa hubungan asmara yang buruk di masa lalu adalah penyebab ketidakbahagiaannya. Dia tidak berusaha memperbaiki situasi dan mengontrol perasaannya agar lebih baik. Sebab mereka menganggap itu bukanlah kesalahannya. Orang lainlah yang bertanggung jawab.

4. Tidak bahagia dengan hidupnya

Seseorang yang mempunyai mentalitas ini selalu merasa tidak pernah cukup. Mereka cenderung bersikap pesimis dan tidak dapat menghargai momen-momen bahagia yang terjadi di hidupnya.

5. Kerap terlibat drama atau lebay

Tidak peduli apa yang terjadi, tampaknya selalu ada seseorang yang memperlakukan mereka dengan buruk. Drama ini biasanya hanya diceritakan dari perspektif mereka sendiri, sementara orang lain berada di pihak yang sepenuhnya salah. Mereka menolak untuk bertanggung jawab dan mungkin memutarbalikkan fakta untuk keuntungannya sendiri.

6. Menghindari tanggung jawab

Mereka yang memiliki playing victim sangatlah sulit untuk diberikan tanggung jawab atau dipercaya. Sikap yang sering kali biasanya mereka tunjukkan adalah Selalu menyalahkan orang lain; membuat alasan; tidak ingin dibebani tanggung jawab; selalu bereaksi “ini bukan salah saya” pada setiap permasalahan yang ada.

7. Hanya fokus pada masalah, bukan solusi

Orang-orang yang sering melakukan playing victim adalah mereka yang menunjukkan sedikit ketertarikan dalam membuat perubahan. Mereka bahkan akan menolak untuk dibantu dan lebih suka mengasihani diri mereka sendiri. Menghabiskan sedikit waktu untuk bersedih dan mengasihani diri bukan hal yang sepenuhnya tidak sehat.

Ketika seseorang terus menerus merasakan kesulitan dalam hidupnya, secara konstan dari waktu ke waktu bisa memulai percaya bahwa dunia tidak menginginkan mereka. Tidak semua situasi negatif adalah kondisi yang benar-benar tidak bisa dikendalikan. Jika dilihat lebih dekat, setidaknya akan ada celah untuk mencari solusi dalam sebuah permasalahan. Ketika kita bisa melihat celah yang ada, hal tersebut adalah sebuah tindakan yang membuat kita jadi manusia lebih baik.

Dalam sebuah penelitian Organizational Dynamics, menjelaskan bahwa orang-orang yang memiliki victim mentality sangat sulit untuk ditangani. Biasanya mereka memiliki pandangan yang berbeda mengenai kehidupan. Hal tersebut dikarenakan mereka percaya bahwa mereka tidak memiliki kontrol terhadap hal-hal yang terjadi pada kehidupan mereka. Tidak hanya itu, orang dengan kondisi mental ini pun memiliki tingkat tanggung jawab yang kecil.Nah, sobat cerdas sudah tahu kan sekarang

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *