preloader

Ternyata Berpuasa Itu Banyak Manfaatnya Ya Untuk Memelihara Tubuh Kita Dengan mengganti Sel Yang Rusak

The Nobel Assembly at Karolinska Institutet has today decided to award the 2016 Nobel Prize in Physiology or Medicine to Yoshinori Ohsumi for his discoveries of mechanisms for autophagy.

Riset tentang konsep “Autophagy” yang di implentasikan dalam bentuk lapar ( PUASA ) telah membuahkan nobel bagi peneliti Jepang yaitu Yoshinori Ohsumi pada tahun 2016. The Nobel Assembly yang terdiri dari 50 profesor di Karolinska Institute, menganugerahkan hadiah nobel dalam fisiologi atau kedokteran kepada Yoshinori Ohsumi untuk penemuannya tentang mekanisme autophagy.

Komite nobel mengevaluasi nominasi. Sejak 1901 hadiah nobel telah diberikan kepada para ilmuwan yang telah membuat penemuan-penemuan paling penting untuk kepentingan umat manusia. Peraih Nobel ini menemukan dan menjelaskan mekanisme yang mendasari autophagy, sebuah proses mendasar untuk mendegradasi dan mendaur ulang komponen seluler.

Yoshinori Ohsumi lahir 1945 di Fukuoka, Jepang. Dia menerima gelar Ph.D. dari Universitas Tokyo pada tahun 1974. Setelah menghabiskan tiga tahun di Universitas Rockefeller, New York, AS, ia kembali ke Universitas Tokyo di mana ia mendirikan kelompok penelitiannya pada tahun 1988. Sejak tahun 2009 ia menjadi profesor di Institut Teknologi Tokyo.

Kata autophagy berasal dari kata Yunani auto-, yang berarti “diri”, dan phagein, yang berarti “makan”. Dengan demikian, autophagy menunjukkan “makan sendiri”. Konsep ini muncul selama tahun 1960-an, ketika para peneliti pertama kali mengamati bahwa sel dapat menghancurkan isinya sendiri dengan membungkusnya dalam membran, membentuk vesikel seperti karung yang diangkut ke kompartemen daur ulang, yang disebut lisosom, untuk didegradasi. Kesulitan dalam mempelajari fenomena tersebut membuat sedikit yang diketahui. Dalam serangkaian eksperimen brilian di awal 1990-an, Yoshinori Ohsumi menggunakan ragi roti untuk mengidentifikasi gen yang penting untuk autophagy. Dia kemudian menjelaskan mekanisme yang mendasari autophagy dalam ragi dan menunjukkan bahwa mesin canggih serupa digunakan dalam sel kita.

Penemuan Ohsumi mengarah pada paradigma baru dalam pemahaman kita tentang bagaimana sel mendaur ulang isinya. Penemuannya membuka jalan untuk memahami pentingnya autophagy dalam banyak proses fisiologis, seperti adaptasi terhadap kelaparan atau respon terhadap infeksi. Mutasi pada gen autophagy dapat menyebabkan penyakit dan proses autophagic terlibat dalam beberapa kondisi termasuk kanker dan penyakit saraf.

Konsep autophagi adalah, bahwa ketika tubuh seseorang lapar, maka sel-sel tubuhnya pun ikut lapar dan akan memakan sel-sel dirinya yang sudah tidak beguna lagi atau sel-sel yang telah rusak (sel mati) agar tidak menjadi sampah dalam tubuh yang bisa membahayakan tubuh atau dengan kata lain, tubuh orang yang berpuasa akan membersihkan dirinya sendiri. Seorang ilmuwan telah membuktikan dan telah menemukan bahwa ketika seseorang lapar (PUASA) dalam jangka waktu tidak kurang dari 8 jam dan tidak lebih dari 16 jam, maka tubuh akan membentuk protein yang khusus yang disebut autophagisom diseluruh bagian tubuh.

Autophagosom tersebut bisa dianalogikan sebagai suatu sapu raksasa yang mengumpulkan sel-sel yang tidak berguna (sel-sel mati) dan ternyata juga sel-sel lain yang membahayakan tubuh, seperti sel kanker serta sel berbentuk kuman (virus atau bakteri) penyebab penyakit, lalu protein autophagisom tersebut menganalisanya dan memakan sel-sel berbahaya tersebut. Kesimpulan dari riset tersebut, menyarankan agar seseorang bisa menjalani praktek melaparkan diri (PUASA) dua atau tiga kali dalam seminggu.

Sumber: https://www.nobelprize.org/prizes/medicine/2016/press-release/

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *